Rabu, 30 Mei 2012

Bermimpi Ada Karl Redeber di Riau

on Wednesday, March 3, 2010 at 7:32pm ·
(tulisan ini disebarluaskan Harian Vokal dan riauhariini.com)

Sosok berjiwa Abu Bakar Siddik muncul di Austria. Namanya Karl Redeber. Miliuner itu menyumbangkan seluruh kekayaannya yang bernilai Rp 50 miliar untuk amal sosial. Lantas kemudian, ia memutuskan tinggal di sebuah pondok kecil di daerah pinggiran.
Semua dilakukannya atas pinta dan kehendak hati. Ia turuti bahasa nurani yang paling dalam. Uang baginya sebagai penghalang kebahagiaan. Awalnya Karl punya pandangan, semakin banyak uang, makin bahagia. Ternyata salah. Makanya uang itu disumbangkan.
Motivasi Karl Redeber tentu tak sama dengan Abu Bakar. Yang satu menuruti perintah agamanya, yang seorang lagi menurut kehendak dirinya yang bersumber pada pergolakan batin. Namun apapun realitasnya, dua cerita di zaman yang berbeda ini jelas merupakan oase.
Bahagialah mereka yang berakal. Yang berpikir sebelum bicara. Pikirannya mengendalikan langkah. Termaktublah pula dalam La Tahzan halaman 29; kebahagiaan itu timbul karena hati yang terhibur oleh kebenaran yang dijalani, dada menjadi lapang karena prinsip yang diyakini, kalbu menjadi tenang karena kebaikan yang dimiliki.
Sungguh fakta amal sosial dua sosok itu membuat diri termenung. Riau kaya dan banyak berada secara materi. Kekayaan alam berupa minyak dan lainnya sebagainya begitu melimpah. Namun tak sedikit pula yang miskin, papa dan tak berdaya secara ekonomi.
Dan di Riau tampaknya banyak orang terpenjara oleh harta. Kemerdekaan agak terampas oleh dahsyatnya pengaruh harta benda. Di sini dan sehamparan provinsi, orang berlomba-lomba mengumpulkan harta. Malah cerita seorang kawan, demi itu semua mereka sampai korupsi segala. Katanya agar bisa bahagia dengan memiliki segunung harta. Harta yang membuat bahagia walaupun dirinya dipenjara. Karena harta yang disayangi ikut juga menemani ke penjara.
Sekiranya saja banyak yang melakukan derma di Riau, apa jadinya? Pasti tidak akan ada lagi orang mengemis atas nama rumah Tuhan dan anak Yatim. Tak ada lagi orang yang menipu di jalan meminta-minta tersebut. Rumah Tuhan dibawa-bawa dan anak yatim disebut-sebut, namun uang hasil pengemisan untuk diri sendiri.
Usai membaca artikel si miliuner dari negeri barat itu, seorang kawan menikmati kebahagiaan karena melihat si miliuner itu menemukan kebahagiaannya. Uhhh…dunia Fulan! Harta, tahta dan…**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar