Rabu, 30 Mei 2012

Demo dan Pabrik Kearifan Kata

on Monday, February 1, 2010 at 9:54am ·

Mahasiswa di Kabupaten Rokan Hulu marah besar ketika unjuk rasa besar-besaran soal kinerja 100 pemerintahan SBY-Boediono. Tapi marahnya bukan ke SBY atau Boediono, melainkan ke wakil rakyat daerah setempat.
Emosi mereka meledak-ledak. Adrenalin kebengisan tertuang di berbagai poster. Satu di antara yang mencolok adalah ada tulisan DPRD (Dewan Penipu Rakyat). Manusia Berotak Kambing. Dan banyak lagi kalimat yang membuat kita tersontak-sontak membacanya.
Selaras dengan itu, ada istilah mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Ahmad Syafii Maarif. Sebuah ungkapan yang dipakai tokoh nasional tersebut untuk menggambarkan kualitas dialektika di Sumbar. Istilah ini menjadi pas dan tepat pula manakala dipakai dalam dunia mahasiswa yang menyampaikan aspirasi.
Ada istilah bad cese is good idea. Kasus yang buruk adalah gagasan yang bagus. Semakin tinggi kualitas kejelekan kejadian, semakin baguslah hal itu dijadikan bahan unjuk rasa.. Pasalnya, isu tersebut akan menghebohkan, menggemparkan dan menarik perhatian khalayak ramai. Kalau sudah demikian, larislah yang namanya isu yang diangkat.
Demo mahasiswa sepertinya terjebak dengan cara hidup ikan lele. Semakin keruh air, semakin lahap makannya. Kian banyak kasus negatif, makin bertambah nafsu mereka membuat turun ke jalan. Makin banyak yang korup, bertambah semangat mencari data-data korupsi. Kalau ada pula yang selingkuh, tak terbendung pula animo pendemo melacak info pasangan yang menjadi buah bibir masyarakat tersebut.
Unjuk rasa yang seyogianya menjadi pabrik penyampaian aspirasi yang mengusung kearifan kata terkesan mandul. Gerakan bisa-bisa tandus memberikan solusi dari peristiwa. Ia menjadi kering dalam pencarian alternatif penyelesaian. Ia hanya berkutat dengan peristiwa dan tidak menyelisik ke akar persoalan. Sedihnya lagi, kata-kata yang digunakan sangat liar dan tidak terkendali. Pada titik tertentu cenderung memvonis peristiwa. Hanya ia yang hebat dan merasa punya hak untuk menjatuhi vonis sosial pada pelaku peristiwa.
Di tengah malam, saat pikiran bergelayut dengan adanya demo yang menganut prinsip cara hidup ikan lele, seorang teman menelepon. Dalam pembicaraan, sang teman mengatakan kalimat bijak. Besi itu kuat, tapi api bisa membakarnya. Api itu hebat, tapi air bisa memadamkannya. Air itu kuat, tapi matahari bisa mencairkannya. Matahari itu hebat, tapi awan bisa menutupinya. Awan itu kuat, tapi angin bisa menerbangkannya. Angin itu kuat, tapi manusia bisa memanfaatkannya. Manusia itu hebat, tapi ketakutan dapat mengalahkannya. Takut itu kuat, tapi tidur bisa membenamnya. Tidur itu kuat, tapi tak lebih kuat dari kematian. Mati itu kuat, tapi amal ibadahnya mengukurnya.
Kalimat itu didengar ketika rembulan purnama lagi terang di langit, bagaikan oase kehidupan. **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar