Rabu, 30 Mei 2012

Kasih Sayang Seekor Gajah

on Sunday, January 17, 2010 at 11:03pm ·

Gajah mengamuk di Indragiri Hulu. Puluhan rumah dan bedeng milik warga setempat rusak. Begitu juga dengan kebun sawit, banyak yang hancur. Serta merta penduduk takut keluar. Keberanian mereka tak cukup menghadapi hewan raksasa tersebut.
Entah kenapa tatkala mengedit berita itu muncul pula sebuah tayangan video di komputer. Judulnya Kasih Sayang Seekor Gajah. Seorang penjaga kebun binatang lagi asyik-asyik membersihkan tubuh induk gajah. Dia mem-brush tubuh hewan tersebut. Namun saat itu pula mendadak, ia bersin. Lelaki yang mengabdikan dirinya untuk kebun binatang itu, terkena flu.
Karena tak kuat, ia pulang. Gajah yang ditinggal begitu saja, lantas mengambil kartu kredit milik penjaga. Kebetulan kartu itu ditaroh dekat gajah. Gajah bersegera pergi ke sebuah swalayan. Shop keeper (penjaga swalayan) agak terkejut. Tapi karena gajah itu berpenampilan jinak, rasa takut tak menghinggapi.
Makhluk Tuhan bertubuh besar itu membeli tissue, obat penurun panas badan, dan selimut. Usai proses transaksi, gajah berlari ke rumah penjaga sembari membawa sebuah keranjang. Sesampai di rumah, giliran pengasuh hewan itu terkejut. Belum hilang rasa itu, gajah sudah menyelimutkan. Berikutnya dikeluarkan obat berserta tissue.
Dalam beberapa literatur, gajah disebutkan punya rasa kesetiakawanan kuat. Mereka tak mau anggota gerombolan mereka tertinggal. Jika itu terjadi mereka akan kembali mencari. Kalau ada anggota mereka yang mati, mereka akan berkumpul sembari meneteskan air mata.
Sifat itu rupanya juga berlaku untuk manusia. Jika manusia baik, mereka juga baik. Jika mereka disakiti, gajah itu akan membalas dendam. Pada tataran itu ada sifat impas. Manusia saja yang dianugerahi potensi kearifan, juga terkadang ingin impas, walau terkadang terhadap orangtuanya.
Ada kisah impas dan pragmatis tersebut. Suatu sore, seorang anak menghampiri ibunya di dapur. Ia menyerahkan selembar kertas yang telah ditulisinya. Setelah sang ibu mengeringkan tangannya dengan celemek. Ia pun membaca tulisan itu dan inilah isinya:
Untuk memotong rumput Rp 5000. Untuk membersihkan kamar tidur minggu ini Rp 5000. Untuk pergi ke toko disuruh ibu Rp 3000. Untuk menjaga adik waktu ibu belanja Rp 5000. Untuk membuang sampah Rp 1000. Untuk nilai yang bagus Rp 3000. Untuk membersihkan dan menyapu halaman Rp 3000. Jadi jumlah utang ibu adalah Rp 25000
Sang ibu memandangi anaknya dengan penuh harap. Berbagai kenangan terlintas dalam benak sang ibu. Lalu ia mengambil pulpen, membalikkan kertasnya. Dan inilah yang ia tuliskan:
Untuk sembilan bulan ibu mengandung kamu, gratis. Untuk semua malam ibu menemani kamu, gratis. Untuk membawamu ke dokter dan mengobati saat kamu sakit, serta mendoakan kamu, gratis. Untuk semua saat susah dan air mata dalam mengurus kamu, gratis. Kalau dijumlahkan semua, harga cinta ibu adalah gratis. Untuk semua mainan, makanan, dan baju, gratis. Anakku… dan kalau kamu menjumlahkan semuanya,
Akan kau dapati bahwa harga cinta ibu adalah GRATIS.
Seusai membaca apa yang ditulis ibunya, sang anak pun berlinang air mata dan menatap wajah ibunya, dan berkata: “Bu, aku sayang sekali sama ibu” ia kemudian mendekap ibunya. Sang ibu tersenyum sambil mencium rambut buah hatinya.”Ibupun sayang kamu nak” kata sang ibu.
Kemudian sang anak mengambil pulpen dan menulis sebuah kata dengan huruf-huruf besar sambil diperhatikan sang ibu: “LUNAS”. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar