Rabu, 30 Mei 2012

Lunturnya Kharisma Pewaris Nabi

on Wednesday, February 3, 2010 at 6:33pm ·

Umat tampaknya tak lagi segan kepada imam masjid. Luntur sudah sepertinya wibawa pewaris nabi. Bilamana sebelumnya sosok yang dekat dengan ajaran Muhammad sangat dihormati, kini malah jadi ajang tipu daya. Dahulu kalau pergi tempat bertanya, pulang tempat berberita, sekarang imam masjid jadi ladang korupsi. Orang mencari uang dari keberadaannya.
Setidaknya ada dua catatan soal perkara yang memiriskan hati ini. Pertama betapa beraninya seorang Pegawai Negeri Sipil di Kampar menyunat honor imam masjid. Di kwitansi tertera Rp 900 ribu, namun yang diberikan Rp 700 ribu. Tak sedikit pun bergetar hati PNS itu kalau uang dikorupnya adalah milik orang yang mengimami jamaah di 20 kecamatan. Setiap lima kali sehari semalam, sosok itu berdiri di depan di dalam rumah Tuhan. Doanya nyaring dan merdu kepada Sang Pencipta. Namun semua itu tak membuat PNS takut berbuat macam-macam pada sang imam. Jumlah sang imam pun puluhan.
Lain waktu dan tempat, polisi mengerebek rumah seorang imam masjid. Kejadiannya di Kelurahan Lampa, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. Imam dituduh sebagai pengedar kupon putih. Sosok yang dimuliakan disinyalir sebagai sindikat judi. Baru dugaan, polisi tanpa rasa hormat langsung memasuki rumah. Betapa tak adanya rasa hormat aparat terhadap beliau.
Sedih bukan! Tetapi itulah adanya. Kita sendiri terkadang tak menghormati pemimpin informal itu. Barangkali kita anggap mereka itu hanya pelaksana ritual keagamaan saja. Tanpa mereka kita masih beribadah. Mereka tak bertahta di hati, sehingga tak mendapat perhatian dan penghormatan.
Lantas kenapa imam masjid terkesan begitu remeh? Paling tidak inilah satu di antara penyebabnya. Sosok tersebut baru sebatas bisa memimpin salat berjamaah. Tugas mereka pun baru sebatas itu. Eksistensi diri mereka akhirnya berada di bawah pengurus masjid. Bahkan tidak sedikit hanya menjadi pegawai masjid yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan oleh pengurus masjid. Menyedihkan sekali.
Jika boleh bersaran, seorang imam punya peran dan fungsi sedemikian strategis. Lantaran imam punya tugas mewujudkan masyarakat yang rabbani, yakni masyarakat yang sikap dan perilakunya disesuaikan dengan nilai-nilai yang datang dari Allah sebagai Tuhan. Selain itu, sebagai orang yang dalam setiap amal, keikhlasan merupakan modal penting. Untuk semua itu, tentu para imam adalah sosok yang yang menguasai majelis pikir dan zikir. Orang yang mafhum dengan ilmu dan berkesanggupan mengamalkannya.
Jika bukan demikian adanya, imam masjid tak lebih dari sekadar garin yang merangkap jadi pemimpin salat. Bila pagi hari tiba, ia jadi pengasuh anak warga sekitar. Bukankah begitu sosok tak ideal seorang imam yang termaktub dalam cerpen ‘Robohnya Surau Kami.’ Ujung-ujungnya bunuh diri lantaran dikritik kelemahan ilmu dan ibadahnya. Lalu apakah sikap kita Tuan dan Puan? **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar