Rabu, 30 Mei 2012

Mesum Berjamaah di Kampus Islami

on Tuesday, February 2, 2010 at 6:07pm ·

Ada mesum berjamaah di sekitar kampus STIE Syariah Bengkalis. Kalangan muda-mudi di sana melakukan maksiat secara bersama. Satu pojok dengan pojok lainnya ditempati remaja yang memadu asmara. Bila suatu tempat mengumbar nafsu, di tempat yang tak jauh juga melakukan perkara syahwat.
Tak siang tak malam, aktivitas mesum berjamaah rutin dilakukan. Minimal dua kali sehari semalam. Orangnya kadang kala sama dan ada pula dengan sosok yang berbeda. Karena warga sekitar sudah mulai resah, ada baiknya pemerintah setempat dan pihak civitas akademika STIE melakukan tindakan pencegahan. Kalau boleh saran, pasanglah sejumlah spanduk di lokasi maksiat itu.
Isinya boleh jadi di antaranya hadist yang bunyinya begini; Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendak hatimu. Malulah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla, jika Dia berkehendak untuk membinasakan (menghancurkan) seorang hamba, maka Dia akan mencabut rasa malu dari hamba tersebut.
Cetaklah poster itu dengan digital printing yang harganya hanya sekitar Rp 70 ribu per meter. Berapalah harga untuk membuat media pencegahan itu dibanding dengan pengerahan pasukan Satpol PP. Sekali operasi, perlu nilai nominal yang cukup besar. Kalau poster bertahan lama dan biaya murah.
Jika negeri ini dikatakan basis budaya Melayu, yang perlu dilakukan adalah penyadaran. Meransang rasa malu. Karena malu adalah bagian dari adab sopan santun dalam keseharian. Hati mereka peka terhadap yang berbau aib. Tak rela arang tercoreng di kening mereka. Warga setempat sadar benar, dalam diri mesti ada sifat malu. Sebuah sifat terpuji yang bisa mengendalikan orang yang memilikinya.
Menurut penuturan Imam Ibnul Qoyyim, kekuatan rasa malu itu sebanding lurus dengan sehat atau tidaknya hati seseorang. Berkurangnya rasa malu merupakan pertanda dari matinya hati dan ruh orang tersebut. Semakin sehat suatu hati maka akan makin sempurna rasa malunya. Hakikatnya akan mendorong orang meninggalkan hal-hal yang buruk dan kurang memperhatikan haknya orang yang memiliki hak.
Diriwayatkan dalam Mu’jam Ausath, rasa malu dan iman itu satu ikatan. Jika dicabut salah satunya maka akan diikuti oleh yang lain. Orang yang tidak lagi memiliki rasa malu, ia tidak memiliki faktor pencegah melakukan keburukan. Dia tidak akan sungkan-sungkan untuk melakukan yang haram dan sudah tidak takut dengan dosa. Lisannya juga tidak berat untuk mengucapkan kata-kata yang buruk.
Tuan dan Puan! Jika mereka tetap juga memadu asmara, kita pantas marah. Harus dikasih pelajaran. Mereka sudah mengotori kawasan. Mereka bermaksiat, kita yang bisa-bisa kena bencana. Lantas bagaimana mewujudkan emosi. Rasanya sudah sepatutnya memukul dan menyeret mereka ke pengadilan massa. Atau nikahkan massalkan saja. Selesai perkara.
Upzz… kata nabi, penyelesaian beraroma amarah juga tak bagus. Marah merupakan salah satu sifat yang sangat berbahaya dan telah menghancurkan manusia, baik secara pribadi maupun kelompok. “Marah itu dapat merusak iman seperti pahitnya jadam merusak manisnya madu.” Dan “Orang kuat bukanlah yang dapat mengalahkan musuh, namun orang yang kuat adalah orang yang dapat mengontrol dirinya ketika marah ” (HR. Bukhari dan Muslim). ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar