Rabu, 30 Mei 2012

Orang Berada Sepertinya Dekat dengan Korupsi

on Wednesday, January 20, 2010 at 9:30am ·

Apakah Ketua dan anggota DPRD Pelalawan Agustiar dan Mahardi terlibat dugaan korupsi dana KONI Pemkab Pelalawan sebesar Rp 4,5 miliar? Dari fakta proses hukum yang sedang berjalan, jawabannya tidak. Dua sosok politisi ini hanya sebagai saksi. Lantas kenapa dua kali pemanggilan, baru ia datang ruang ekspose lantai II gedung Pidsus Kejati Riau. Entahlah!
Tapi yang menarik adalah nilai nominal uang itu, Rp 4,5 miliar. Uang rakyat diduga masuk ke kantong para koruptor. Bagi siapa pun uang itu sangatlah berarti. Termasuk bagi koruptor. Jika tidak, tentu tidak akan ditilepnya. Arti uang itu lebih terasa lagi bagi kalangan warga miskin dan masyarakat yang tidak berdaya.
Pertanyaannya, kalau orang miskin mendapat kesempatan yang sama untuk mengelola uang itu, apakah mereka akan korupsi juga? Tak ada yang tahu secara pasti. Tetapi dalam nyatanya hidup, tidak pejabat tidak orang kecil, tampaknya sama-sama tak kuat dengan godaan uang. Mereka sama-sama sering terperdaya dengan yang namanya alat transaksi itu.
Tetapi ada sebuah cerita di negeri ini. Seorang anak kecil yang kehidupan sehari-harinya amatlah memprihatinkan. Ia tinggal di suatu desa terpencil di pinggiran kota. Ia hidup bersama enam saudaranya. Kehidupan keluarga ini terlihat sangatlah sederhana, orang tuanya hanya seorang buruh tani, kakak dan adiknya semua masih bersekolah sementara ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang hanya mengurusi keluarga. Untuk membantu keuangan keluarganya setiap hari selepas pulang sekolah , ia pergi ke pasar untuk berjualan asongan.
Pada suatu hari saat anak ini sedang menjajakan dagangannya, tiba-tiba ia melihat sebuah bungkusan kertas koran yang cukup besar, terjatuh di pinggir jalan. Lalu diambilnya, kemudian dibukanya. Namun betapa kaget dan terkejutnya ia, isi bungkusan tersebut berisi uang dalam nominal besar.
Tampak diraut wajahnya rasa iba dan bukan kegembiraan. Bingguung melandanya. Ia yakin uang ini pasti ada yang memilikinya. Pada saat itu juga anak ini langsung berinisiatif untuk mencari si pemilik bungkusan. Sambil mencari-cari si pemiliknya, tiba-tiba seorang ibu dengan ditemani seorang satpam datang dengan berlinang air mata menghampirinya. Ibu berkata, “Dek, bungkusan itu milik ibu. Isi bungkusan itu adalah uang. Uang untuk biaya rumah sakit. Anak ibu baru saja mengalami kecelakan korban tabrak lari. Anak ibu dalam keadaan kritis dan harus cepat dioperasi karena terjadi pendarahan otak. Kalau tidak cepat ditangani, ibu khawatir jiwa anak ibu tidak akan tertolong. Pagi ini ibu baru saja menjual semua harta yang ibu miliki untuk biaya rumah sakit. Ibu sangat membutuhkan uang ini untuk menyelamatkan jiwa anak ibu.”
Lalu anak kecil tersebut berkata, “Benar bu, aku sedang mencari pemilik bungkusan ini, karena aku yakin pemilik bungkusan ini sangat membutuhkan. Ini bu!, milik ibu”. Setelah itu anak kecil tersebut langsung berlari pulang. Sesampai di rumah ia ceritakan semua kejadian yang baru saja dialami kepada ibunya.
Lalu ibunya berkata, “Benar anakku! Kamu tidak boleh mengambil barang milik orang lain, walau pun itu di jalanan. Barang itu bukan milik kita. Ibu sangat bangga padamu nak. Walaupun kita miskin, namun kamu kaya dengan kebaikan dan kejujuran”.
Untuk apa memiliki kekayaan yang melimpah, sementara harus mengorbankan nyawa orang lain . “Kamu sungguh anak yang baik nak. Ibu sangat bersyukur mempunyai anak sepertimu. Hari ini ibu percaya, kamu sudah menyelamatkan satu jiwa melalui kebaikan dan kejujuranmu, kamu harus jaga terus kejujuranmu. Keujuran dapat menyelamatkan banyak orang dan kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana-mana. Apa yang bkan milik kita, pantang untuk kita ambil”.
Mencari orang miskin yang jujur, bukan perkara gampang. Karena dalam bahasa agama, kemiskinan dekat dengan kekufuran. Mencari orang kaya dan pejabat yang jujur, juga bukan pekerjaan yang mudah. Justru sekarang, kekayaan dan jabatan dekat dengan korupsi. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar