Rabu, 30 Mei 2012

Primodialisme di Negeri Paman Sam

on Tuesday, March 23, 2010 at 6:42pm ·
(tulisan ini disebarluaskan oleh Harian Vokal n riauhariini.com)

Suatu hari seorang bijak bestari berkata; "Serugi-ruginya orang adalah orang kaya yang orang lain tidak meminta padanya, orang berani tapi orang tidak berlindung padanya, dan orang berilmu yang orang tidak bertanya padanya.”
Begitu bijak benar rangkaian kalimatnya. Namun kayaknya tak berlaku jua di Bonai-Darussalam, Kabupaten Rohul. Jadi pejabat pun di sana, tak bakal dihargai kalau bukan warga tempatan. Malah didemo, dipukul dan diusir. Lantas bagaimana pejabat yang berasal dari luar bisa menyuluh hidup di sana. Baru datang saja sudah disuruh hengkang.
Menimbang-nimbang semangat tempatan berkadar primodial itu, rupanya pernah pula di Amerika Serikat ada tabiat demikian. Ada sekitar 7.000 warga yang menganut kepercayaan Kristen fundamentalis, Mormon. Mereka menutup pergaulan dan mengasingkan kehidupan dari pengaruh luar. Dipimpin seorang nabi di tengah mereka, kehidupan yang mereka jalani sangat bertolak belakang dengan demokrasi yang dijunjung tinggi Amerika.
Warren Jeffs, sang nabi lokal menganjurkan para pria pengikutnya punya paling sedikit tiga istri agar mendapat tempat di surga. Bagi kaum wanita, hanya akan mencapai tempat yang sama di akhirat itu hanya jika diundang oleh suaminya masing-masing. Dalam komunitas Amerika Serikat terbesar yang menganut poligami secara terbuka itu, tidak satu aspek kehidupan pun yang terlepas dari fatwa Jeffs. Sebagai nabi dan pimpinan gereja, pria berusia 48 tahun itu berperan sebagai hakim dan juri, bank dan polisi. Nabi memutuskan siapa menikahi siapa dan kapan.
Pacaran dilarang dan para wanita tidak diizinkan untuk sekadar berbicara dengan para pria yang bukan keluarganya. Ciuman pertama dilakukan atas perintah nabi yang diisukan punya 80 istri "spiritual" selain satu istrinya yang sah.
Sejumlah warga lokal mengungkapkan, bila seorang pemuda tertarik kepada seorang gadis lokal maka si gadis itu sebelumnya harus membuktikan kesuciannya. Bagi si gadis, menjadi seorang isteri harus berguna, menurut, dan siap untuk melayani.
Sedangkan para prianya selalu menunjukkan tampang curiga terhadap orang-orang asing, memperlihatkan kehormatan mereka berdasar jumlah istrinya.
Aliran garis keras Mormon mendiami wilayah itu pada akhir abad ke-19, setelah Gereja Mormon yang terdapat di Salt Lake City menghentikan praktek poligami pada 1890, sebagai salah satu syarat untuk bersatu dengan lingkungan masyarakat lain di Utah.
Diapit Grand Canyon dan karang merah Utah, lembah itu menjadi suatu daerah yang terpencil dan terasing, yang membuat nabi Jeffs menjadi seorang pemimpin yang tidak terbantahkan.
Di kota itu, nabi melarang siaran televisi. Dia tidak senang berinteraksi dengan dunia luar. Tidak ada bioskop, tidak ada rental video. Bahkan tidak ada satu pun surat kabar atau majalah yang dapat ditemukan di penjuru kota itu. Sebuah toko memang menghiasi kota, tapi itu pun hanya memampang sekitar selusin buku-buku bekas, kebanyakan soal pemeliharaan rumah.
Ketika matahari mulai beranjak ke barat, kota itu pun mulai diselimuti sepi. Jalan utama yang berdebu langsung menganga ditinggalkan penggunanya. Kata-kata dari seorang asing di kota itu menyebar bagaikan api liar, dan seorang pria tegap dalam mobil SUV-nya menjadi pemandangan yang selalu mengikuti di kaca spion. Nabi diyakini memiliki pasukan keamanan pribadi yang disebut Pasukan Tuhan.
Sekolah publik hanya diisi sekitar 100 siswa. Sekitar lima tahun lalu, para pemimpin gereja menginstruksikan para siswa yang setia dengan ajarannya untuk keluar dari sekolah karena mereka menemukan kurikulum aneh yang dinyatakan Jeffs sebagai "membelot". Mereka lalu diminta belajar di rumah masing-masing. Mereka hanya diajarkan tentang sejarah yang terkait dengan gereja, yang menjadi doktrin religius mereka.
Jangan pula membayangkan bahan-bahan pelajaran klasik di sekolah-sekolah Amerika ditemukan di kota itu, seperti Gone With the Wind dan Romeo and Juliet. Anak-anak perempuan tidak mengenal aktivitas renang karena para wanitanya dilarang mengenakan pakaian renang. Tak ada pelajaran menari. Dan tidak ada pula pertandingan-pertandingan semacam baseball.
Upaya serius terakhir dari dunia luar untuk mencoba intervensi terhadap tata hidup masyarakat itu dilakukan pada 1953. Saat itu Gubernur Arizona, Howard Pyle, menangkapi dua lusin pria warga lokal dan menempatkan sekitar 200 anak-anak di rumah panampungan.
Namun, kondisi anak-anak yang menangis karena dipisahkan secara paksa dari ibunya memberikan efek bumerang bagi Pyle, dan berbuntut pada masa pemilihan berikutnya dia menjadi kalah. Sejak itu, komunitas itu menjadi dibebaskan dengan keputusan-keputusannya sendiri, dan tentu saja keputusan sang nabi.
Awalnya bermula dari primodialisme. Sekarang negeri itu maju. Pada tataran tertentu, malah benar kata cendekiawan Muslim asla Mesir, “Di barat saya lihat ada Islam tanpa kaum muslim, di timur saya lihat kaum muslim tanpa Islam.” Ada nilai Islam di sana, tanpa orang di sana menganut Islam, di timur ada orang Muslim tapi tak mempraktikan nilai Islam. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar