Selasa, 12 Juni 2012

Aku Sibuk dengan Hatiku

(tulisan ini disebarluaskan harian vokal, 21 september 2010)
Kisah presiden Filipina, Benigno Aquino yang menggelikan. Orang nomor satu di negaranya tapi tak punya waktu untuk bercinta. Jangan itu, bertemu saja dengan ratu di istana hatinya, sudah minta ampun jarangnya.
Hari-harinya habis mengurus negara. Sehingga kebutuhan paling personal pun tak bisa ditunaikan. Tak ada masa dalam menikmati kasih sayang bersama pacar. Begitulah dia. Sosok yang menafkahi hidupnya pada bangsa.
Ada pula kisah seorang sufi. Insan yang sibuk memperhatikan hatinya. Namanya Abu Said Abul Khair. Suatu ketika, seorang Arab datang ingin berguru kepadanya. Abul Khair terkenal karena karamahnya dan gemar mengajar tasawuf di pengajian-pengajian. Rumah guru sufi itu terletak di tengah-tengah padang pasir. Ketika orang itu tiba, Abul Khair sedang memimpin majelis simaan (acara mendengarkan orang membaca doa, -red.) di tengah para pengikutnya. Waktu itu Abul Khair membaca Al-Fatihah. Ia tiba pada ayat: ghairil maghdubi alaihim, wa laz zalim. Orang Arab itu berfikir, “Bagaimana mungkin aku boleh berguru kepadanya. Baca Alquran saja, ia tidak boleh. Orang itu mengurungkan niatnya untuk belajar kepada Abul Khair. Begitu orang itu keluar, ia dihadang oleh seekor singa padang pasir yang buas. Ia mundur tetapi di belakangnya ada seekor singa lain yang menghalanginya. Lelaki Arab itu menjerit keras karena ketakutan. Mendengar teriakannya, Abul Khair turun keluar meninggalkan majelisnya. Ia menatap kedua ekor singa itu dan menegur mereka, Bukankah sudah kubilang jangan ganggu para tamuku! Kedua singa itu lalu bersimpuh di hadapan Abul Khair. Sang sufi lalu mengelus telinga keduanya dan menyuruhnya pergi. Lelaki Arab itu keheranan, Bagaimana Anda dapat menaklukkan singa-singa yang begitu liar? Abul Khair menjawab, Aku sibuk memperhatikan urusan hatiku. Untuk kesibukanku memperhatikan hati ini, Tuhan menaklukkan seluruh alam semesta kepadaku. Sedangkan kamu sibuk memperhatikan hal-hal lahiriah, karena itu kamu takut kepada seluruh alam semesta.
Barangkali itu yang membuat sang sufi mendapat poin tersendiri. Jendela hati yang bersih. Hati yang bersih, hati yang suci. Tanpa prasangka. Keikhlasan adalah juga mengenai kebersihan hati. Orang yang ikhlas adalah orang yang bersih-hati, alias orang yang mempunyai hati yang bersih. Hati yang bersih adalah hati yang religius, yang bisa mengarah kepada Ketuhanan.
Ada sebuah petuah dari seorang pesulap mentalis: akan lebih indah jika memandang dan mengenali seseorang secara diakronis. Hal ini memang benar adanya, karena dengan begitu kita bisa menjadi bijak. Kita cenderung terjebak dalam pandangan yang sempit jika hanya memandang seseorang secara sinkronis. Melalui cara diakronis itu kita bisa dengan mudah merasa wajar jika seseorang melakukan suatu tindakan tertentu, bahkan jika tindakan itu menyimpang dari hukum, etika, maupun moral.
He he he…Fulan! Satu presiden, seorang lagi sufi. Seorang tak sempat mengurus rasa kasih sayang kepada pacarnya dan seorang lagi sibuk memperhatikan segala ihwal hatinya dengan Sang Peciptanya. Lantas mana yang akan Anda ikuti Fulan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar