Selasa, 12 Juni 2012

Dua Ekor Anjing di Hati Manusia

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 5 OKTOBER 2010)
Seorang pemuda Indian bertanya kepada kakeknya, mengapa dia mudah sekali tersinggung, gampang marah, tidak tenang dan selalu punya prasangka buruk terhadap orang lain. Dia ingin tahu cara mengubah perangainya.
Sang kakek berkata, bahwa dalam diri manusia ada dua ekor serigala. Serigala yang satu selalu berpikiran negatif, mudah marah dan selalu punya prasangka buruk. Sedang serigala yang lain selalu berpikiran positif, baik hati, dan suka hidup damai. Setiap hari kedua serigala ini selalu berkelahi.
“Lalu siapakah yang menang?” tanya si pemuda. “Yang menang adalah yang setiap hari kamu beri makan,” jawab sang kakek.
Dalam sebuah kesempatan, seorang motivator kawakan, Mario Teguh pernah mengatakan, sesungguhnya di dalam hati manusia ada dua ekor anjing, satu hitam dan satu putih. Anjing yang hitam adalah kecenderungan manusia untuk malas, cenderung pada keraguan dan selalu mendengarkan pendapat orang yang tidak berpihak pada keberhasilan. Anjing yang putih adalah yang bersemangat, yang selalu mengingatkan akan doa ibu, istri dan anak-anak serta mengingatkan akan tujuan penciptaan Tuhan terhadap dirinya.
Manusia akan jadi besar hanya sebesar dari anjing yang sering dia kasih makan. Kalau di hati itu, anjing yang hitam yang dibesarkan, dirawat dan pelihara, potensi negatif lebih besar. Maka berpihaklah kepada yang membesarkan, berilah makanan, berikanlah latihan pada penggunaan-penggunaan kebaikan, bergaulah dengan orang-orang baik, tontonlah tontonan yang baik, bacalah yang baik-baik, pikirkan yang baik-baik. Maka wajar sekali jika seseorang mendahulukan isi hatinya kebaikan, kebaikan akan menjadi miliknya.
Tuan dan Puan! Di Samsat Pelalawan sudah ada tersangka pengelapan pajak. Dipalsukan dan dihapus data di komputer. Miliaran rupiah uang melayang. Duhai kawan tega nian dia menilep uang negara.
Melihat tingkah ini, teringat dengan kata bijak; seorang guru mengajarkan muridnya melihat dunia, melalui jendelanya. Orang tua mengajarkan kepada anak-anaknya mengenai dunia melalui sudut pandangnya. Maka jika kita mau mengajarkan keindahan dunia kepada anak-anak, jadilah bukti terdekat dari keindahan dunia.
Jangan Anda berbicara keindahan dunia kepada anak-anak, tetapi Anda membentaknya, mengasarinya, kita tidak cepat memujinya kalau dia baik, tetapi cepat sekali menghukumnya kalau dia salah. Atau kita menggunakan kesalahan orang lain sebagaicara untuk memarahinya. Keinginan kita adalah uang muka bagi kebahagiaan di masa depan.
Petarung yang sesungguhnya adalah orang yang bersedia mati untuk perangnya, dan itu tidak bisa Anda kalahkan. Kalau orang berperang masih menggunakan jaket anti peluru, itu masih penakut. Tapi kalau orang yang mau mati untuk berperang, membalas dendamnya, dia tidak bisa dikalahkan.
Fulan! Kalau naluri korup sudah terasah sedemikian rupa, apakah lantas masih bisa untuk berubah. Entahlah Bujang! Tapi kalau seekor anjing, kalau sudah biasa makan tahi, akan tetap makan tahi kendati dibiasakan makan yang baik dan lagi bersih. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar