Selasa, 12 Juni 2012

Engkau Singa Cap Kambing Tuan!

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 18 OKTOBER 2010)
Ini cerita versi lain. Seekor anak singa terpisah dari induknya sejak lahir. Ganasnya belantara membawanya kebingungan menyambung hidup di rimba raya. Akhirnya terdamparlah dia di satu kelompok kambing. Karena si singa masih mungil, rombongan kambing tidak takut. Malah disambut dan diterima hidup bersama.
Singkat cerita, si singa belajar hidup sepenuhnya dari kambing. Makan rumput, belajar mengembik, belajar hidup berkelompo, bahkan mengadopsi perilaku dan tata cara hidup kambing keseluruhannya. Meskipun dengan bersusah payah, karena dia memang bukan seekor kambing.
Berselang beberapa lama, jadilah dia seekor singa dewasa yang pintar bersuara embek-embek, doyan makan rumput, bahkan muntah-muntah melihat daging, bermain dan bergaul dengan kambing dengan akrab, dan tentu saja kawanan kambing amat suka ria. Khusus pada singa ini, kawanan kambing tak perlu takut dan khawatir.
Syahdan, kabar keberadaan sang singa itu terdengar oleh singa senior. Tadinya sang singa senior tidak yakin kebenaran beritanya. Maka dicarinya singa cap kambing itu untuk melihat langsung. Diintainya kawanan kambing yang di tengahnya ada singa cap kambing itu. Saat singa senior menampakkan diri, kawanan kambing itu segera ngibrit ketakutan. Termasuk singa cap kambing, karena dia melihat kawan-kawannya lari ketakutan saat melihat makhluk aneh, berambut gondrong, bertaring dan mengaum keras-keras.
Singa senior baru percaya. Ternyata ada juga singa cap kambing. Bukan hanya isapan jempol saja. Maka yang perlu dilakukan sekarang adalah mengembalikan pemahaman singa cap kambing itu akan jati dirinya yang sesungguhnya. Agar bisa makan ala singa, mengaum ala singa, bergaul ala singa dan hidup ala singa.
Singa cap kambing adalah gambaran mayoritas sebuah komunitas etnis. Dari sejak lahir kehilangan identitas etnisnya. Mereka tercerabut dari akar budayanya. Dia tak jadi dirinya lagi. Rupanya mereka sudah lama kehilangan induk. Akhirnya dipelihara dan dibesarkan dengan cara orang-orang lain.
Saat ada etnis lain yang sungguh-sungguh menjalani budayanya dengan segala atribut dan identitasnya,  singa cap kambing… eh sosok yang kehilangan identitas ini malah ketakutan. Sama takutnya dengan orang-orang kafir saat melihat orang beragama yang sungguh-sungguh menjalani perintah Tuhan. Ibarat kambing melihat singa lapar.
Ternyata takut tak pula bisa menyelamatkan diri. Mereka tersingkir, bercera-berai dan hancur. Malangnya etnismu Fulan! Tak dihargai dan dianggap tak berpengaruh. Hmm…saatnya jadi dirimu sendiri kawan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar