Selasa, 12 Juni 2012

Nasihat Fulan untuk Bupati Achmad

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 19 OKTOBER 2010)
Ini biasa jadi zalim. Tak tertutup pula kemungkinan untuk dikatakan keterlaluan dan sewenang-wenang. Kenapa Bupati Rohul, Achmad itu mendadak menon-jobkan saingan politiknya? Tak pada tempatnya (kendati itu hak perogatif) melakukan hal tersebut. Itu tak patut dan elok Fulan!
Orang zalim sama derajatnya dengan Fir;aun. Tuhan berfirman; “Maka Kami hukumkah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam lautan. Maka lihatlah bagaimana akibat buruk orang-orang yang zalim”. Tindakan zalim menurut catatan sejarah selalu dilator belakangi oleh hidup mewah dan megah pemegang kekuasaan. Dalam buku sejarah Persia, sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abul Hasan Ali al-Nadwi dalam bukunya Madza Khasiral al-Alam bi al-Inkhithat al-Muslimin disebutkan, tidak pernah disinggung dalam sejarah seorang kaisar yang selalu hidup megah dan mewah melebihi kaisar-kaisar penguasa Persia. Mereka menarik dan menikmati upeti dan harta kekayaan melimpah dari negeri-negeri jajahan yang terbentang dari timur jauh hingga timur dekat. Praktik pemerintahannya bengis. Jika Bupati Achmad benar membangun surau suluk, beliau pasti tahu kalau Islam datang menyeru umat manusia untuk lepas dari kungkungan kezalima. Menyerukan persamaan derajat manusia di muka bumi, serta merubuhkan seluruh warisan-warisan jahiliyah yang identik dengan kezaliman. Tak ada lagi kesewenang-wenangan kaum yang kuat, kesewenangan penguasa serta kebengisan golongan yang terpandang. Karenanya, tidak heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat, Islam mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang lemah dan tertindas. Wahai Tuan petarung demokrasi jadilah kesatria. Dengan demikian kamu akan jujur. Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati ksatria yang tulus, hingga tetap membekas sekalipun kesombongan dan kecongkakan berupaya mencegatnya. Jangan gara-gara ingin melanjutkan kekuasaan, lupa akan tindakan. Gawat itu Fulan. Ketahuilah, perbuatan zalim tidak akan pernah membuahkan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, segala sesuatu yang diperoleh melalui jalan kezaliman baik itu berupa harta, pangkat, jabatan dan lainnya, pasti akan berujung kebinasaan dan kehinaan. Olehnya hati-hatilah, karena ia akan menelurkan banyak mudharat bagi pelakunya, di antaranya: kegelapan pada hari kiamat. Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: "Takutlah kalian dari berlaku dholim, sesungguhnya kedholiman adalah kegelapan pada hari kiamat kelak”.
Sikap zalim akan memadamkan cahaya penuntun yang dibutuhkan seorang hamba pada hari penghabisan. Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang munafik yang zalim terhadap diri mereka sendiri ketika terusir dari keinginan mendapat imbasan cahaya orang-orang beriman.
Berikutnya, zalim membuat pelakunya bangkrut pada hari kiamat. Sungguh, manusia paling celaka dan merugi adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan limpahan amal kebaikan, namun sayangnya amal-amal itu tidak mendatangkan sedikitpun manfaat baginya. Mereka sebagaimana disifatkan oleh Allah dalam kitab-Nya. “Bekerja keras lagi kepayahan. Memasuki api yang sangat panas (neraka)”. (Qs. Al Ghaasyiyah/88:3-4). Termasuk diantaranya, mereka yang kerap melakukan tindakan kedholiman terhadap orang lain. Rasulullah Shalllallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut di antara kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan tidak pula perhiasan”. Kemudian beliau bersabda: “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat kelak dengan pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah mencela ini, menuduh ini, makan harta ini, membunuh itu, memukul itu. Maka diambil amal kebaikan-kebaikannya dan diberikan kepada orang-orang ia zalimi. Jika kebaikan milikmua telah habis, maka diambil kesalahan-kesalahan (orang yang ia zalimi) kemudian dipikulkan ke atas pundaknya. Baru kemudian ia di campakkan ke dalam api neraka”.
Hei…Fulan! Sudah jadi penceramah pula kau sekarang! Tak takut bahwa kau sedang menjual ayat-ayat Tuhan! Dengan harga murah lagi. Hmm…Fulan…oh Fulan! ***
(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 19 OKTOBER 2010)
Ini biasa jadi zalim. Tak tertutup pula kemungkinan untuk dikatakan keterlaluan dan sewenang-wenang. Kenapa Bupati Rohul, Achmad itu mendadak menon-jobkan saingan politiknya? Tak pada tempatnya (kendati itu hak perogatif) melakukan hal tersebut. Itu tak patut dan elok Fulan!
Orang zalim sama derajatnya dengan Fir;aun. Tuhan berfirman; “Maka Kami hukumkah Fir’aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan mereka ke dalam lautan. Maka lihatlah bagaimana akibat buruk orang-orang yang zalim”. Tindakan zalim menurut catatan sejarah selalu dilator belakangi oleh hidup mewah dan megah pemegang kekuasaan. Dalam buku sejarah Persia, sebagaimana dinukil oleh Syaikh Abul Hasan Ali al-Nadwi dalam bukunya Madza Khasiral al-Alam bi al-Inkhithat al-Muslimin disebutkan, tidak pernah disinggung dalam sejarah seorang kaisar yang selalu hidup megah dan mewah melebihi kaisar-kaisar penguasa Persia. Mereka menarik dan menikmati upeti dan harta kekayaan melimpah dari negeri-negeri jajahan yang terbentang dari timur jauh hingga timur dekat. Praktik pemerintahannya bengis. Jika Bupati Achmad benar membangun surau suluk, beliau pasti tahu kalau Islam datang menyeru umat manusia untuk lepas dari kungkungan kezalima. Menyerukan persamaan derajat manusia di muka bumi, serta merubuhkan seluruh warisan-warisan jahiliyah yang identik dengan kezaliman. Tak ada lagi kesewenang-wenangan kaum yang kuat, kesewenangan penguasa serta kebengisan golongan yang terpandang. Karenanya, tidak heran kalau dalam waktu yang relatif sangat singkat, Islam mendapat tempat istimewa di hati manusia. Khususnya mereka yang lemah dan tertindas. Wahai Tuan petarung demokrasi jadilah kesatria. Dengan demikian kamu akan jujur. Sebuah pernyataan jujur, lahir dari hati ksatria yang tulus, hingga tetap membekas sekalipun kesombongan dan kecongkakan berupaya mencegatnya. Jangan gara-gara ingin melanjutkan kekuasaan, lupa akan tindakan. Gawat itu Fulan. Ketahuilah, perbuatan zalim tidak akan pernah membuahkan kebaikan di dunia maupun di akhirat. Sebaliknya, segala sesuatu yang diperoleh melalui jalan kezaliman baik itu berupa harta, pangkat, jabatan dan lainnya, pasti akan berujung kebinasaan dan kehinaan. Olehnya hati-hatilah, karena ia akan menelurkan banyak mudharat bagi pelakunya, di antaranya: kegelapan pada hari kiamat. Dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: "Takutlah kalian dari berlaku dholim, sesungguhnya kedholiman adalah kegelapan pada hari kiamat kelak”.
Sikap zalim akan memadamkan cahaya penuntun yang dibutuhkan seorang hamba pada hari penghabisan. Allah Ta’ala mengabarkan keadaan orang-orang munafik yang zalim terhadap diri mereka sendiri ketika terusir dari keinginan mendapat imbasan cahaya orang-orang beriman.
Berikutnya, zalim membuat pelakunya bangkrut pada hari kiamat. Sungguh, manusia paling celaka dan merugi adalah mereka yang datang pada hari kiamat dengan limpahan amal kebaikan, namun sayangnya amal-amal itu tidak mendatangkan sedikitpun manfaat baginya. Mereka sebagaimana disifatkan oleh Allah dalam kitab-Nya. “Bekerja keras lagi kepayahan. Memasuki api yang sangat panas (neraka)”. (Qs. Al Ghaasyiyah/88:3-4). Termasuk diantaranya, mereka yang kerap melakukan tindakan kedholiman terhadap orang lain. Rasulullah Shalllallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut? Para sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut di antara kami adalah mereka yang tidak memiliki dirham dan tidak pula perhiasan”. Kemudian beliau bersabda: “Orang yang bangkrut dari umatku adalah mereka yang datang pada hari kiamat kelak dengan pahala salat, puasa, dan zakat. Akan tetapi ia pernah mencela ini, menuduh ini, makan harta ini, membunuh itu, memukul itu. Maka diambil amal kebaikan-kebaikannya dan diberikan kepada orang-orang ia zalimi. Jika kebaikan milikmua telah habis, maka diambil kesalahan-kesalahan (orang yang ia zalimi) kemudian dipikulkan ke atas pundaknya. Baru kemudian ia di campakkan ke dalam api neraka”.
Hei…Fulan! Sudah jadi penceramah pula kau sekarang! Tak takut bahwa kau sedang menjual ayat-ayat Tuhan! Dengan harga murah lagi. Hmm…Fulan…oh Fulan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar