Selasa, 12 Juni 2012

Jatah Umur Hewan pada Manusia

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 16 NOVEMBER 2010)
Sirene mobil ambulance itu menghentikan canda tawa Fulan dan kawan-kawan. Mereka sedang duduk di sebuah kedai di Jalan Sudirman, Kota Dumai. Ada jenasah yang lewat. Ada mayat yang akan dikuburkan. Mahkluk itu telah kembali kepada Tuhannya.
“Wahai Tuan-tuan,” kata Fulan, “Pernahkah mendengar kisah jatah umur?”
“Ha…ha…ha Fulan ini ada-ada saja. Ceritakanlah sama kami!” seru seorang kawan.
Bersila Fulan dan lantas mengurai kisah. Konon kabarnya, Tuhan menciptakan manusia dengan jatah umur 20 tahun. Tapi binatang-binatang rata-rata 40 tahun. Itu karena Tuhan ingin manusia bahagia saja sepenuhnya dan tidak usah merasakan pahitnya dunia terlalu lama. Manusia ini pun diletakkan Tuhan didekatNya.
Ternyata, beberapa binatang merasa iri dan ingin seperti manusia. Datanglah Sapi, “Tuhan terlalu lama 40 tahun bagiku, kukembalikan 20 tahun”. Mendengar itu, manusia yang merasakan kebahagiaan, ingin lebih panjang kebahagiannya, dimintanya yang 20 tahun dari sapi untuk dirinya. Tuhan mengabulkan.
Lalu datanglah Anjing. Dia juga mengembalikan yang 20 tahun, maka sekali lagi manusia memintanya. Terakhir monyet datang. Dia juga mengembalikan 20 tahun umurnya dan sekali lagi manusia memintanya.
Maka jadilah yang diminta manusia itu, 20 tahun pertama hidup sebagai manusia, berbahagia dan tidak banyak masalahnya. 20 tahun kedua hiduplah manusia itu seperti sapi. Bangun pagi pulang malam, kerja keras, banting tulang. Hasilnya terbatas. Maksimal 7 P, yaitu yaitu pergi pagi pulang petang penghasilan pas-pasan.
20 tahun ketiga jadilah dia seperti anjing. Anak mulai besar, kerjanya jaga anak, jaga kekayaan, jaga properti dan persis kaya anjing. 20 tahun keempat jadilah dia seperti monyet. Tua renta, hanya jadi bahan lelucon yang lebih muda.
Entah tertangkap maknanya, entah tidak! Kawan-kawan langsung berseru; “Malang benar nasibmu wahai manusia!”  Tanpa disadari, seorang di antara kawan Fulan itu ada yang berumur sekitar 70 tahun. Perjalanan hidupnya tak jauh berbeda.
Mendengar pernayataan itu, Fulan mendehem-dehem sendiri. Banyak orang tak sadar, kalau dirinya adalah apa yang disebutnya dalam bahasa cemooh. Wahai Tuan! Ada ini ada petuah bijak; With MONEY you can buy house, but not home,  with MONEY you can buy clock, but not time,  with MONEY you can buy bed, but not sleep, with MONEY you can buy book, but not knowledge, with MONEY you can buy blood, but not life, with MONEY you can buy sex, but not love, with MONEY you can buy a position, but not respect, and with MONEY you see a doctor, but not good health.
Itulah hidup Tuan! Maknanya terletak pada hati Tuan sendiri. Hmm…jadilah manusia plong, kosong dan tanpa beban jiwanya. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar