Selasa, 12 Juni 2012

Melodi Kematian Gadis Berjilbab

(TULISAN INI DIPUBLIKASI HARIAN VOKAL, 29 OKTOBER 2010)
Sore ini Fulan lagi menonton film kartun. Film ninja dari Jepang. Tatkala terjadi dialog soal melodi kematian, Fulan terpana. Matanya tak berkedip. Serius benar orang ini tampaknya. Di layar kaca terlihat tayangan demi tayangan. Ini fragmennya.
Sasuke telah selesai memainkan piano solonya. Dia segera memberi hormat dan turun panggung. Dia terus berjalan menyusuri backstage. "Apa kau pernah dengar tentang melodi kematian?" tanya seseorang.
Sasuke tetap berjalan. “Paling-paling itu hanya gossip,” pikir Sasuke
"Oh, melodi yang kalau kita dengar berarti kita dekat dengan kematian, itu bukan?" tanya seseorang lainnya.
Sasuke berhenti sejenak. Melodi kematian? Sasuke mulai bertanya. Dia lalu mendengarkan apa yang dua orang ini bicarakan. "Iya betul, katanya, ada seseorang yang bisa memainkan melodi itu," jelas suara pertama
"Oh, ya? Siapa?" tanya suara kedua
"Sabaku no Gaara," jawab suara pertama
'Sabaku no Gaara? Dia kan rivalku dalam bermain piano.” Sasuke berpikir.
"Oh, ya, katanya dia juga telah membunuh ayahnya dengan melodi kematian," sambung suara pertama. “Membunuh?” Sasuke masih berpikir.
Entah kebetulan, entah bagaimana, namun yang jelas tatkala mata Fulan memandang lantai, terlihat judul berita; “Leher Wanita Berjilbab Nyaris Putus”. Kematian! Melodi hilangnya nyawa seorang cucu Adam. Seorang perempuan menemui ajal di kebun sawit.
Fulan terperanjak. Negeri ini tak aman lagi. Harga nyawa manusia begitu murah. Lebih murah dari nyawa ayam. Karena tersinggung sedikit saja, nyawa bisa melayang. Dendam bisa berujung maut. Sakit hati tak tertutup kemungkinan muaranya kematian. Akhirnya berita kematian saja yang terdengar setiap hari.
Ini kematian yang tidak diinginkan Tuan! Jika kematian yang dicintai, jelas wejangan ini berguna Tuan! Kematian itu nikmat. Dikatakan nikmat, karena kematian mengingatkan akan nikmat kehidupan. Sesuatu yang mengingatkan akan nikmat, maka ia adalah nikmat. Sebagaimana kata pepatah arab; "Sesuatu diketahui dengan kebalikannya. Seperti warna putih memperjelas keberadaan warna hitam.”
Jika demikian adanya, maka sesungguhnya segala ketidaknikmatan yang diciptakan oleh Allah, sejatinya adalah juga kenikmatan. Karena ia memperjelas kenikmatan yang sesungguhnya. Sakit memperjelas nikmat sehat. Rasa lapar memperjelas nikmat kenyang. Tidak punya uang memperjelas nikmatnya punya uang. Tidak punya anak memperjelas nikmatnya punya anak.
Kematian disebut nikmat juga karena merupakan pengingat yang paling ampuh, dan pelajaran yang paling berkesan. Hanya dengan kematian sesorang manusia menyadari bahwa hidup di dunia tidak kekal adanya. Hanya dengan kematian, manusia menyadari kelemahan dirinya. Bukankah kematian tidak ada obatnya? Bahkan tidak dapat diundur atau dimajukan? Tidak ada seorang pun betapapun berkuasanya mampu melawan dan menghindar dari kematian. Selain itu, kematian adalah tawaran bonus. Sebuah janji bersyarat. Bukankah jika kita bersabar dan berserah diri ketika menghadapi kematian orang2 yang kita cintai, dapat mengantarkan kita kepada pahala yang sangat besar? Adakah yang mengingkari bahwa tawaran bonus seperti ini merupakan nikmat?
Lama termenung, baru Fulan sadar. Dimanakah gadis berjilbab itu dikuburkan? “Hmm…bagus di hati kita saja, agar kita bisa mendokan dia setiap saat,” pikir Fulan. ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar