Selasa, 12 Juni 2012

Penguasa Itu jadi Kusir Mantan Istrinya

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 29 SEPTEMBER 2010)
Sejarah telah mencatat kisah Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi. Seorang Amir/Penguasa yang kejam, yang tangannya tidak pernah kering dari darah manusia. Kekejamannya ditakuti banyak manusia, terutama kaum muslimin. Tidak sedikit kaum yang mencoba melawan dan memberontak di masa kekuasaannya.
Saking tersohornya dia sebagai insan bertangan besi, Muhammad Abdurahman Awwadh menulis buku dengan judul; “Sosok Manusia Kejam yang Disabdakan Rasulullah.”
Suatu hari yang sangat panas, Hajjaj bin Yusuf ingin mendinginkan badan. Maka dia berjalan menuju Sungai Dajlah yang dekat dengan istananya. Ketika dia menceburkan dirinya, dia iangsung terbawa oleh arus, padahal dia tidak bisa berenang. Ketika dirinya sudah hampir tenggelam, dia berteriak-teriak minta tolong, “Tolong…toiong.” Seketika orang-orang datang. Tapi ketika mereka tahu siapa yang tenggelam, tidak ada satu pun yang mau menolongnya. Mereka berkata, “Biarkan saja dia tenggelam agar kita berhenti merasakan kekejamannya.” Mereka semua menghendaki agar Hajjaj mati, karena selama ini mereka tidak sanggup dan merasa ngeri walaupun sekadar mendengar namanya. Mereka selama ini berkata, “Seandainya Fir’aun mempunyai saudara laki-laki. mungkin dia adalah Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi.” Di tengah suasana acuh itu, ada seorang laki-laki yang ingin menolong Hajjaj, tetapi orang-orang segera memegangi dan memukulinya. Orang itu pun tidak kehabisan akal, dia menunggu saat mereka lengah, lalu dia melompat ke air dan menarik Hajjaj ke pinggir sungai. Orang-orang kemudian bertanya kepadanya; “Kenapa engkau lakukan hal itu wahai musuh Allah? Kenapa tidak engkau biarkan saja dia tenggelam?” Orang itu menjawab; “Seandainya kita biarkan dia mati tenggelam, niscaya dia akan masuk surga. Bukankah Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada kita bahwa orang yang mati tenggelam masuk dalam mati syahid?” Ha…ha…ha Fulan! Kata seorang teman, siapa sebenarnya yang lebih membenci Hajjaj? Orang yang menolongnya ataukah orang yang mencegahnya untuk menolong Hajjaj dari tenggelam?
Lain episode, Hajjaj cekcok mulut dengan istrinya Ummu Salamah binti Abdurrahman bin Sahl bin Amr Al Quraisy (saudara Suhail bin Amr). Akhirnya percekcokan itu berakhir dengan keputusan Hajjaj menthalak istrinya. Ummu Salamah berkata, “Wahai Abu Muhammad, mudah-mudahan Allah memberiku ganti yang lebih baik.” Hajjaj bin Yusuf berkata, “Siapa yang lebih baik dari penguasa Irak ini?”
Perlu diketahui, Ummu Salamah adalah perempuan yang sangat cantik. Oleh karena itu, ketika Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan mengetahui bahwa dirinya telah dicerai oleh Hajjaj dan masa iddahnya telah selesai, beliau mengirim utusan untuk melamar Ummu Salamah. Ummu Salamah berkata, “‘Sunggguh aku mau, tetapi ada syaratnya.” Utusan Abdul Malik tersebut bertanya, “Apa syaratnya?” “Pada hari perkawinanku nanti aku minta yang menjadi kusir kereta kudaku adalah Hajjaj.” Ketika hal itu disampaikan kepada Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan, dia tertawa dan berkata, “Itu hak Ummu Salamah.”
Tibalah hari perkawinan dan Ummu Salamah menaiki sebuah kereta kuda yang dikendarai oleh amir Irak, yaitu Hajjaj bin Yusuf, mantan suaminya. Di tengah jalan Ummu Salamah sengaja melempar sebuah uang dirham ke tanah, lalu dia menyuruh Hajjaj bin Yusuf untuk berhenti. Kemudian berkata, “Uang dirhamku jatuh ke tanah.”
Hajjaj pun segera turun dan mulai mencari uang dirham tersebut, tetapi dia tidak berhasil menemukannya, maka diam-diam dia merogoh kantongnya sendiri kemudian mengeluarkan sebuah uang dinar dari kantong tersebut, lalu berkata, “Ternyata uangmu yang terjatuh tadi bukan dirham (uang perak) akan tetapi uang dinar (uang emas).” Ummu Salamah pun menatap ke arah Hajjaj lalu memandangnya dengan pandangan penuh kemenangan. kemudian berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah mengganti uang dirhamku dengan uang dinar.”
Alur perjalanan Hajjaj ini terkenang, ketika membaca berita jeritan masyarakat Kecamatan Kopar, Kabupaten Rohil, Riau. Ketika pemilihan penguasa di daerah setempat, empat tahun belakangan lebih kurang, janji-janji berseleweran di telinga warga. Manis kata-katanya dan memukau bujuk rayuannya. Di sinilah titik kesamaannya, Hajjaj pintar berpidato dan berbicara. Kabarnya penguasa Rohil juga begitu.
Lantas apakah mereka sama-sama kejam terhadap orang yang tak mendukungnya? Apakah yang berseberangan dengan dia mendapatkan perlakuan yang tak manusiawi? Entahlah Fulan! Tapi di sana, memang banyak terdengar jeritan lawan politik penguasa! Hmm…nasib penguasa itu akan sama dengan Hajjaj? Hanya Tuhan yang Maha Tahu Tuan! ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar