Selasa, 12 Juni 2012

Rumah Seribu Cermin untuk Pejabat

(TULISAN INI DISEBARLUASKAN HARIAN VOKAL, 12 OKTOBER 2010)
Kasak-kusuk. Takut dan mengerikan. Begitu bayangan yang menghantui sejumlah pejabat di Riau. Terutama petinggi yang berada di daerah yang baru dipimpin oleh kepala daerah yang baru. Pejabat yang gila jabatan itu tak enak hidupnya akhir-akhir ini . Semuanya terasa pahit. Diri tak tenang.
Manakala bercermin, diri tampak kusut masai. Hilang aura. Namun demikian, mereka tetap saja menyalahkan orang lain. Semuanya orang tak benar. Wajahnya terlihat pening, orang juga yang dikambinghitamkan.
Hmm...di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama “Rumah Seribu Cermin.” Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi “Rumah Seribu Cermin”. Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya.
Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat.
Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin.”
Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat.
Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, “Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi.”

Supaya dua kisah dibaca, di lain tempat dan waktu ada seorang bocah lelaki yang mempunyai madu sebakul banyaknya. Karena ia anak yang malas, ia menyimpan madu di dekat tempat tidurnya. Orang tuanya sudah meminta agar ia segera menjual madu tersebut, tetapi ia terlalu malas untuk meninggalkan kamarnya.
Di sore hari, angin berhembus perlahan ke dalam kamar, dan ia pun mulai mengantuk. Walaupun ia tahu ia harus pergi menjual madu, ia memutuskan untuk tidur terlebih dahulu. Ia pun memejamkan mata dan mulai bermimpi. Di dalam mimpinya, ia telah menjual madunya dan mendapatkan uang yang banyak. Dengan uang itu, ia pergi bersenang-senang dengan teman-temannya, berpesta dan bersuka ria.
Di dalam mimpinya, ia dan teman-temannya mengadakan pesta dansa. Ada musik yang indah mengalir dan mereka pun berdansa ceria. Si Bocah yang malas ini menari dengan begitu seru dalam mimpinya, dan secara tidak sadar kakinya pun bergerak-gerak di atas tempat tidur, seakan-akan ia benar-benar berdansa.
Karena di dalam mimpi, ia menari dengan begitu seru, kakinya pun bergerak dan menendang bakul madu yang ada di samping tempat tidurnya. Bakul itu jatuh ke lantai dan pecah, membangunkan si Bocah. Ia dengan segera melihat ke bawah dan melihat madunya sudah tumpah di atas lantai dan tidak bisa berguna lagi. Maka menangislah ia karena berarti ia tidak bisa mendapatkan keuntungan dari penjualan madu tersebut.
Fulan! Kebanyakan petinggi itu bermental pemalas dan suka bermimpi. Sudahlah pemalas dan suka pula menyalahkan orang lain. Lantas bagaimana negeri akan maju! ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar