Masa pamer arogansi sudah tiba. Tempo untuk mengatakan kita yang paling hebat sudah datang. Ada tiga kabupaten yang kalangan elitnya akan terasuki sifat sombong, yaitu Siak, Rohul dan Rohil. Mereka akan perang kata-kata dan jargon. Di sana bakal digelar petarungan demokrasi. Mereka berlomba-lomba jadi penguasa.
Tak ubahnya seperti garam menyebut dirinya yang paling asin. Begitu juga dengan cabe, dirinya pula paling pedas, tidak yang lain. Semuanya membanggakan yang dimiliki. Tingkat pamer mereka akan melebihi dua unsur di atas. Maklum politisi namanya. Entah iya entah tidak hebat! Hmm!
Mendehem-dehem Fulan dibuatnya. Kalimat membanggakan diri membuat Fulan ingat dengan dialog antara langit dan bumi. Konon kisahnya terjadinya peristiwa Israk dan Mikraj bermula karena bumi merasa bangga dengan langit.
"Hai langit, aku lebih baik dari kamu karena Allah telah menghiaskan aku dengan berbagai-bagai negara, beberapa laut, sungai-sungai, tanam-tanaman, beberapa gunung dan lain-lain." "Hai bumi, aku juga lebih elok dari kamu lantaran matahari, bulan, bintang-bintang, beberapa falah, buruj, 'arasy, kursi dan syurga ada padaku," jawab langit. "Hai langit, ditempatku ada rumah yang dikunjungi dan untuk bertawaf para nabi, para utusan dan arwah para wali dan solihin (orang-orang yang baik)," balas bumi. Bumi berkata lagi, "Hai langit, sesungguhnya pemimpin para nabi dan utusan bahkan sebagai penutup para nabi dan kekasih Allah seru sekalian alam, seutama-utamanya segala yang wujud serta kepadanya penghormatan yang paling sempurna itu tinggal di tempatku. Dan dia menjalankan syari'atnya juga di tempatku." Langit tidak dapat berkata apa-apa, apabila bumi berkata demikian. Langit mendiamkan diri dan dia mengadap Allah. "Ya Allah, Engkau telah mengabulkan permintaan orang yang tertimpa bahaya, apabila mereka berdoa kepada Engkau. Aku tidak dapat menjawab soalan bumi, oleh itu aku minta kepada-Mu ya Allah supaya Muhammad Engkau naikkan kepadaku (langit) sehingga aku menjadi mulia dengan kebagusannya dan berbangga." Lalu Allah mengabulkan permintaan langit, kemudian Allah memberi wahyu kepada Jibrail AS pada malam tanggal 27 Rajab, "Janganlah engkau Jibrail bertasbih pada malam ini dan engkau 'Izrail jangan engkau mencabut nyawa pada malam ini." Jibrail bertanya, " Ya Allah, apakah kiamat telah sampai?" "Tidak, wahai Jibrail. Tetapi pergilah engkau ke suurga dan ambillah buraq dan terus pergi kepada Muhammad dengan buraq itu."
Kemudian Jibrail pun pergi dan dia melihat 40,000 buraq sedang bersenang-lenang di taman suurga dan di wajah masing-masing terdapat nama Muhammad. Di antara 40,000 buraq itu, Jibrail terpandang pada seekor buraq yang sedang menangis bercucuran air matanya.
Lantas Jibrail menghampirinya. "Mengapa engkau menangis, ya buraq?"
"Ya Jibrail, sesungguhnya aku telah mendengar nama Muhammad sejak 40 tahun, maka pemilik nama itu telah tertanam dalam hatiku dan aku sesudah itu menjadi rindu kepadanya dan aku tidak mau makan dan minum lagi. Aku laksana dibakar oleh api kerinduan."
Berkata Jibrail, "Aku akan menyampaikan engkau kepada orang yang engkau rindukan itu."
Kemudian Jibrail memakaikan pelana dan kekang kepada buraq. Ketika sampai di bumi, buraq yang dibawa oleh Jibrail itu menendang-nendangkan kakinya. Ia seolah-olah mau ditunggangi. Melihat demikian, malaikat Jibrail memegangnya. "Wahai buraq! tidak malukah engkau? Demi Allah, orang yg akan menunggangi engkau adalah orang yg paling mulia di sisi Allah".
Mendengar itu maka bercucuranlah peluh buraq. Ia kelihatan malu-malu dan tidak lagi resah. Nabi pun naik ke tempat yang tersedia di atas badan buraq.
Usai itu, Fulan jadi bingung sendiri. Kalau langit dan bumi yang adu bangga, Tuhan mendengarkan doa langit yang merasa kalah. Lantas siapa yang didengar Tuhan dari politisi yang berebut tahta? Atau-atau jangan-jangan mereka tidak berdoa! Lantas bagaimana mengabulkan yang tidak diminta? Hmm…selamat adu pamer Tuan politisi! ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar